Kimia Cinta, Pepatah Jawa, dan Evolusi Manusia -
Pernah mendengar pepatah Jawa “bibit, bebet, bobot”? Biasanya pepatah itu dinasihatkan orang tua kepada anak-anaknya yang mau mencari jodoh:
1. Bibit berarti soal keturunan, anak siapa dia?
2. Bebet berarti soal status sosial dan ekonomi, bisa menafkahi tidak?
3. Bobot soal kepribadian, bisa tahan sabar dan mempertahankan keharmonisan keluarga tidak?
Orang tua akan wanti-wanti,”Jadi, Nak… carilah pasangan yang bibit, bebet, dan bobot-nya jelas dan baik!” Entah kenapa, jargon budaya ini bisa cocok dengan teori evolusi Mbah Darwin, padahal beda bangsa dan lokasi.
Teori evolusi punya 3 prinsip dasar:
1. Hidup usianya sudah tua → terbukti: fosil tertua, stamolite, yang ditemukan di Australia Utara usianya mencapai 3,5 miliar tahun.
2. Hidup berasal dari mahluk hidup sederhana → terbukti: stamolite hanya punya 1 sel karena ia sejenis bakteri, sedangkan manusia punya miliaran sel dalam tubuhnya.
3. Hidup berkembang dari seleksi alam → terbukti: penemuan tentang DNA di tahun 1953 menunjukkan bahwa gen-gen yang menyusunnya mengandung informasi yang mencetak pembentukan makhluk hidup.
Satu gen mewakili satu ciri makhluk hidup. Contohnya, gen tentang warna kulit, bentuk mata, tinggi tubuh, bentuk rambut, jumlah bilik jantung, dan lain-lain.
Evolusi terjadi karena pengkopian struktur gen itu pada keturunan berikutnya, namun pengkopian ini dapat memunculkan bias-bias. Kalau bias terlalu besar, spesies yang sama sekali baru muncul. Contohnya, yang direplika adalah gen-gen yang menentukan sistem pernapasan maka bisa jadi, nenek moyangnya di air, tapi keturunannya mulai hidup di darat, seperti fosil yang ditemukan di sebuah pulau 600 mil dari Alaska —bukti peralihan hewan laut menuju hewan darat. Seleksi oleh alam ini berjalan jutaan tahun dan murni hasil interaksi di dalam gen-gen organisme, meski ada juga faktor luar yang berpengaruh seperti radiasi.
Lalu apa hubungan dua hal ini dengan kimia cinta?
Fakta menakjubkan tentang evolusi ini menghasilkan 3 kesimpulan:
1. Manusia berasal dari bakteri purba.
2. Struktur DNA semua hewan, mulai dari cicak, kodok, lele, kecoak, anjing, monyet, sampai manusia, memiliki pola dasar dan asal-usul yang sama.
3. Semua warisan sifat nenek moyang tersebut kita miliki sampai sekarang, sering dikenal sebagai insting hewani, hanya saja taraf dan kekuatannya berbeda ketimbang saudara sehewan kita yang berbeda alur evolusinya. Karena kita memiliki bagian evolusi yang berkembang lebih jauh ketimbang mereka, yaitu otak.
Inti evolusi adalah mempertahankan kelangsungan hidup di tempat dan waktu tertentu, yang struktur DNA-nya paling cocok, serta bisa tetap hidup dan melanjutkan keturunan. Efek evolusi bagi manusia menghasilkan 3 konsekuensi besar:
1. Memampukan kita bertahan hidup
Ini sudah terbukti dari evolusi retina mata manusia yang unik untuk melihat alam sebagaimana sekarang. Evolusi bilik jantung, dari 1 ruang di nenek moyang purba, 2 ruang di ikan, 3 ruang di amfibi, dan 4 ruang di mamalia membuat kita bisa hidup di darat dan mendukung fungsi otak.
2. Mendorong kita memilih pasangan terbaik
Ini terbukti dari tingginya minat burung layang-layang betina untuk dihamili pejantan yang bulunya terang, indah, dan bentuk ekor simetris. Ternyata, pejantan yang bulunya kusam, punya bintik-bintik putih, dan ekor asimetris seperti burung layang-layang Chernobyl pasca meledaknya generator nuklir, 40% spermanya ternyata rusak dan cacat. Jadi, insting betina mencari pejantan unggulan yang cantik bertujuan supaya anak-anak mereka ikut unggul.
3. Memampukan kita mengembangkan diri
Ini terbukti dari evolusi otak manusia yang lebih unggul ketimbang primata lain, khususnya evolusi kulit otak manusia yang pada monyet cuma 1 tahap, tapi pada manusia 2 tahap, memunculkan apa yang dikenal sebagai neokorteks.
Korteks purba manusia memiliki pola dasar kerja yang sama seperti monyet, yaitu fungsi indrawi, fungsi emosi dan sensasi tubuh, serta fungsi gerakan motorik dan fungsi libido. Sementara neokorteks yang kebetulan tumbuh di bagian atas korteks purba, seolah ingin menunjukkan hirarki lebih tinggi, bertanggung jawab atas fungsi berpikir, bernalar, mengambil keputusan, berimajinasi, berlogika, berkehendak, berbahasa, dan mempertimbangkan nilai-nilai budaya.
Dengan kata lain, evolusi otak memampukan manusia mengembangkan daya pikir, sekaligus menuntut kita mengembangkan peradaban, jauh melampaui pencapaian nenek moyang hewan kita.
Sederhananya, konsekuensi evolusi di atas membuat kita mencari 3 hal berikut dari sebuah hubungan percintaan: kesehatan, seks, dan kesejahteraan/ kekayaan. Jadi, alasan kita merasakan kimia
cinta, tertarik kepada pasangan cantiklganteng, pinter/cerdas, kuat, berkembang, kaya, dan lain-lain, bukan hasil dari evolusi kita sendiri sebagai manusia. Kalau dikonversikan, uraian tersebut terlihat menjadi:
1. Bibit = garis keturunan, cacat/tidak = kemampuan bertahan hidup = kesehatan dan reproduksi.
2. Bebet = status ekonomi dan sosial = kemampuan mengembangkan diri = kekayaan/kemapanan hidup.
3. Bobot = kepribadian = kemampuan romantis, kesehatan mental = sex appeal dan kedewasaan.
Konversi ini mungkin sedikit dipaksakan, namun entah kenapa seolah semangat dan visinya setara. Dalam budaya-budaya lain, 3 komponen tersebut juga muncul di dalam pepatah masing-masing.
Yang menarik, kemiripan dasar ini seolah menunjukkan bahwa kita memiliki alam bawah sadar kolektif atau cetak biru yang sama sehingga ketika setiap dari kamu menemukan soulmate yang cocok dengan impian dan harapan masing-masing, alam bawah sadar itu akan menggetarkan korteks purba lewat penginderaan dan sensasi tubuhmu saat melihat, mendengar, menyentuh, dan membaui soulmate. Lalu getaran itu “membisikkan” informasi kepada neokorteks sehingga pikiran dan penalaranmu mulai jalan, menimbang semua segi. Ketika cocok, dia kembali mengirim sinyal “setuju” ke korteks purba.
Ingat, prosesnya hanya dalam hitungan milidetik. Nah, sobat… di korteks purbamu inilah, sensasi tubuh dan emosimu jadi “meledak”. Kamu lalu merasakan emosi kayak nenek moyang monyetmu, jingkrak-jingkrak ngebet kawin pas jatuh cintrong ama soulmate, badan jadi panas-dingin, emosi dan sensasi naik-turun, perasaan kacau, libido memuncak, serta pikiran mengarah kepada soulmate semata.
Jadi, kira-kira inilah pertama kalinya muncul istilah ‘kimia cinta’. Tak lain karena selain tubuh dan neurotransmiter otakmu jadi sibuk lalu-lalang membawa substrat kimia dan energi listrik kebahagiaan. Bukan cuma sibuk, muatannya juga overload, berisi informasi tentang emosi, kesadaran, perasaan, keinginan, dan khayalan cintamu untuk ingin secepatnya mendapatkan soulmate. Dasar hewan!
Tags : kimia ,kimia kline ,kimia shadrokh ,kimia farma ,kimia sun ,kimia ansari ,kimia mousavi ,kimia meaning ,jawan harris ,jawa ,jawan harris keisha ,jawan harris keisha lyrics ,jawan harris wiki ,jawa report ,jawaharlal nehru ,jawan harris bio ,jawan harris keisha download ,jawaballs ,evolusi manusia ,teori evolusi manusia ,proses evolusi manusia ,teori evolusi manusia darwin